Sunday, September 6, 2015

Pengalaman Ikut Seleksi LPDP

Hai, Apa kabar? Semoga senantiasa bahagia.
Pengalaman yang cuma dipendam sendiri, rasanya kurang bermanfaat. Hehe. Iya kan? Iya dong.. hehe..
Kali ini, saya akan sedikit berbagi cerita saat saya memutuskan untuk mengikuti seleksi beasiswa BPI LPDP 2015 gelombang III. Saya akan tuliskan apa yang saya alami berikut kesalahan-kesalahan yang saya buat. Semoga tidak pernah terulang saat kalian mencoba nanti.
“Persiapan berkas dan submit pendaftaran”
Teman-teman bisa melihat persyaratan lengkap di web resmi LPDP. Tidak perlu khawatir sulit mencari informasi, LPDP itu well-organized banget. Selama saya mengikuti prosesnya, tidak ada informasi yang simpang siur mengenai persyaratan dan segala prosesnya. Yang ada, pelamar yang tidak teliti menganalisa informasi. LPDP menyediakan Buku Panduan untuk pelamar. Jadi, BACA dengan TELITI. JANGAN mengandalkan informasi dari orang lain. Kenapa? Karena saya sudah merasakan sendiri akibatnya terlalu bergantung pada informasi dari teman. Hehe.
Begini ceritanya, saat hendak mendaftar, saya memang download “Buku Panduan” dari Web resmi LPDP. Tetapi, tidak saya baca dengan terperinci karena saya sudah merasa cukup dan paham dengan melihat contoh berkas milik teman saya yang sudah jadi salah satu penerima beasiswanya. Pikir saya, “pasti semuanya sudah benar, toh dia sudah diterima”. Saat itu saya disarankan juga untuk tidak submit di batas akhir pendaftaran karena khawatir ada trouble saat mendaftar.
Kelengkapan pendaftaran pun saya siapkan sesuai dengan berkas-berkas yang teman saya submit saat itu. Berkasnya antara lain, Ijazah, Transkrip nilai, KTP, Surat Rekomendasi, Surat Pernyataan, Sertifikat TOEFL, Rencana Studi, dan dua buah Essay. Saat itu saya menunda menulis rencana studi dan essay, hingga sampailah saya pada H-1 batas submit. Besoknya hari terakhir submit, malamnya saya baru submit. Daannnn, di sinilah letak kelalaian membahana saya berbuah pahit. Saya gagal submit karena ada berkas yang kurang. Padahal (menurut) saya semua data sudah diupload. Ada dua data yang kurang, yaitu Surat Izin Atasan dan Surat Keterangan Sehat dan Bebas Narkoba (dari RS milik pemerintah). Saya kebingungan dan segera mengirimkan masalah ini via email ke LPDP. Setahu saya, saya tidak perlu mencantumkan dua berkas itu sebab Saya tidak sedang terikat kontrak kerja sehingga tidak harus ada surat izin atasan dan tidak melamar untuk program Magister Luar Negeri sehingga tidak juga perlu melengkapi surat sehat dan bebas Narkoba. Besok paginya, saya mendapat email balasan yang baru saya baca di atas jam 12 siang. isinya email menyatakan saya hanya perlu upload surat keterangan sehat dan bebas narkoba. Saya panik sekaligus bingung karena saya yakin saya tidak perlu melampirkan itu karna program yang saya ambil masih dalam negeri. Akhirnyaaa, saya buru-buru melihat buku panduan yang pernah saya download itu. Ternyata, persyaratan pendaftaran berubah. TIDAK SAMA dengan gelombang II. Saya LEMAS. Hopeless tidak bisa daftar. Walaupun saat itu saya bergegas berangkat ke RS terdekat, saya tetap tidak bisa mendapatkan Surat tersebut. Jelas sekali tidak bisa karena hari itu hari Jum’at dimana petugas MCU RS sudah pulang dari jam 11 siang dan saya datang jam setengah 2 siang. Saya kecewa dengan diri saya yang lalai mempersiapkan hal besar seperti ini. Itu artinya, jika tidak mendaftar, saya harus menunda hingga oktober mendatang dan akhirnya pengajuan waktu kuliah pun mundur ke enam bulan kemudian. Sangat di luar dari target. Hal kecil yang berdampak besar.
Saat itu saya masih berusaha untuk mencari jalan keluarnya. Saya berdiskusi dengan teman dan sepakat untuk terus berusaha mencari data pengganti. Pikir kami, yang penting sudah mencoba. Saya memutuskan untuk tetap submit dengan mengganti Surat keterangan bebas narkoba dengan SKCK yang didalamnya pun tertera saya tidak pernah terlibat Narkoba. Singkat cerita, saya berhasil submit dan nomor registrasi pendaftaran pun sudah di tangan. Alhamdulillah. Saya sedikit lega. Selanjutnya, saya tidak berharap saya akan lolos kecuali karena pertolongan Allah dan do’a kedua orangtua saya yang tidak pernah putus.
Saya memang tidak banyak berharap karena saya sudah melakukan kesalahan yang harusnya tidak pernah ada. Sampai di suatu malam tanggal 6 Agustus 2015, saya menerima SMS dari LPDP yang menyatakan saya LULUS seleksi administrasi. Saya tidak langsung percaya, saya pun membuka inbox email yang sudah terlihat terdapat email dari LPDP. Ternyata benar, saya berhasil menjadi salah satu yang LULUS dan menjadi peserta wawancara. Subhanallah, Allah benar-benar masih memberi saya kesempatan untuk berjuang lebih baik lagi. Tahap selanjutnya adalah Verifikasi data, Wawancara, LGD dan on the spot essay writing yang dilaksanakan di kampus STAN. Saat lulus berkas, kalian akan mendapat undangan  untuk mengikuti tahapan test berikutnya. Kalian akan diberikan jadwal test, lokasi, kelompok test dan petunjuk-petunjuk lainnya. Kemarin, saya mendapat jadwal dua hari test. Hari pertama adalah verifikasi data dan wawancara. Hari kedua adalah LGD dan On The Spot Essay Writing. Saya jelaskan masing-masing prosesnya.

“Tahap Verifikasi Data”
Semua berkas yang diupload akan diminta DATA ASLI untuk dilakukan pengecekan. Terdapat satu berkas yang tidak berhasil ditunjukkan aslinya, maka dinyatakan GAGAL. Itu artinya, kalian tidak diizinkan mengikuti tahapan test berikutnya dan kalian harus pulang. Sedih kan? Untuk itu, JANGAN coba-coba MEMALSUKAN DATA apapun ! LPDP sudah menyediakan lembar kontrol untuk kalian jadikan panduan untuk recheck data yang akan kalian tunjukkan. Saya sedikit gugup mempersiapkan berkas asli, ini karena saya pernah lalai saat mempersiapkan berkas untuk diupload. Saya pun teringat untuk memastikan semua format sudah sesuai dengan ketetapan pihak LPDP. Dan ternyata, kesalahan saya di awal berbuah pahit lagi. Format surat pernyataan dan surat rekomendasi mengalami perubahan. Akhirnya saya harus bekerja dua kali untuk membuat ulang surat tersebut. Artinya, saya harus membuat janji untuk bertemu Dosen (lagi) yang memberikan rekomendasinya untuk saya. Buang waktu dan buang energi lebih. Singkat saja, semua berkas telah siap dan saat verifikasi saya sukses dinyatakan lulus verifikasi dan dapat mengikuti tahap test selanjutnya. Legaaaaa…….
“Tahap Wawancara”
Saya akui, inilah kali pertama saya tegang (banget) bahkan saat saya sudah duduk di depan para interviewer. Mereka adalah tiga orang dewasa. Dua dari mereka adalah Dosen ahli dan satu orang lagi adalah psikolog. Tetapi ada juga yang bilang 1 dosen ahli, 1 berasal dari pihak LPDP, dan 1 psikolog. Saat wawancara, mereka hanya mengenalkan nama mereka tanpa menyebutkan profesinya. Coba disimak ya, akan coba saya jelaskan.
·         Apa saja persiapan yang dilakukan sebelum wawancara?
Utamanya adalah MENTAL. Kemudian persiapan materi wawancara. Persiapan ini dimulai dari mempelajari rencana studi dan essay yang kamu upload saat daftar. Intinya, kalian harus benar-benar siap sama tujuan dan misi kalian kedepan. Saya pernah baca dari blog teman-teman yang sudah menjadi awardee LPDP, katanya “Organisatoris dan banyak prestasi bukan jaminan utama akan diterima, yang terpenting adalah kita mampu menunjukkan bahwa kita memiliki TUJUAN dan PERENCANAAN yang JELAS”. Saya setuju, saat wawancara, interviewer benar-benar memastikan kesungguhan kita dalam mempersiapkan studi lanjutan kita. Setelah persiapan materi, kalian dapat latihan wawancara dengan teman atau siapapun untuk melihat sejauh apa kejelasan kalian menjawab pertanyaan. Bisa jadi masih terlalu banyak celah bagi interviewer untuk melemahkan kalian saat wawancara. INGAT, berlatihlah untuk menjawab dengan lugas, tegas, tepat dan konsisten. Interviewer bisa dengan mudah membuat kalian terombang-ambing dengan jawaban kalian sendiri. Hehe. Kalau sudah berlatih, kalian juga dapat blogwalking untuk baca-baca pengalaman orang lain yang berhasil ataupun gagal dalam seleksi wawancara. Jadi kalian punya beberapa referensi yang memadai. oya, wawancara dilakukan dalam dua bahasa. Indonesia dan inggris, tergantung permintaan interviewer. Jadi, semua jawaban yang sudah disiapkan, sebaiknya ditranslate ke dalam bahasa inggris.
·         Apakah ada hal yang membuat saya merasa down dan takut untuk wawancara?
ADA. Haha. Saya gambarkan kondisinya ya. Kalian akan bersaing dengan ribuan pelamar dengan berbagai macam program tujuan. Ada magister dalam negri, magister luar negri, doktor dalam negri, doktor luar negri, program spesialis, program tesis dan disertasi. Semuanya nyampur jadi satu. Peserta gelombang III ini didominasi oleh pelamar Luar Negri. Jadi, kemarin saya sempat merasa down melihat kanan-kiri saya adalah mahasiswa-mahasiswi atau pekerja yang “terlihat” sangat siap, pintar, pandai berkomunikasi dan well appearance. Dari semua yang saya ajak berkenalan, mereka semua pelamar LN yang memang sudah memiliki LoA. Keren abis! Di saat itu pula, saya minder, saya merasa sangat “kecil”. Ini membuat saya down dan semakin sulit mengendalikan kecemasan.
TAPI, ingat teman-teman. Ini bukan tentang bagaimana kerennya pesaing kita. Karena, LPDP tidak menggunakan sistem kuota. Jadi, jika kalian layak, kalian akan diberi beasiswa. Intinya, semua sangat ditentukkan oleh kapasitas diri dan keyakinan kita. Itulah yang akhirnya membuat saya tetap yakin mampu melewati proses wawancara. Semua bergantung kita, bukan mereka yang keren-keren itu. Hehe.
·         Apa saja yang ditanyakan saat wawancara?
Jenis dan arah pertanyaan sangat beragam, masing-masing pelamar pasti punya ceritanya masing-masing. Saat wawancara kemarin, beberapa pertanyaan yang diajukan seperti,
Ø  Latar belakang keluarga. Anak ke berapa, pendidikan terakhir dan pekerjaan ortu, jumlah anggota keluarga dan riwayat pendidikan dan pekerjaan kakak-kakak saya.
Ø  Riwayat organisasi. Saya pernah menjabat sebagai ketua umum di salah satu organisasi kampus. Saya ditanya mengenai ‘apa saja yang sudah dilakukan saat saya berorganisasi’
Ø  Pengalaman bekerja sebagai guru. Saya ditanya mengenai peran saya sebagai guru BK. Saya ditanya seputar apa saja kasus yang biasa terjadi dan bagaimana cara mengukur keberhasilan saya melayani siswa yang memiliki masalah. Saya juga ditanya mengapa saya tertarik untuk mendalami bidang Bimbingan dan Konseling dan apakah ada pengalaman yang mendasari pilihan saya tersebut sehingga saya menempuh studi bidang BK.
Ø  Persiapan studi seperti “Mengapa harus S2 BK? Mengapa harus di UPI Bandung? Mengapa tidak keluar negri? Saya juga sempat ditanya mengenai lama studi S1. Katanya ‘kok lama sekali kamu menghabiskan waktu 4.5 tahun untuk lulus?’ yaaaahhh kalian (anak BK UNJ 2010) tau banget lah yaa kenapaaa haha.
Ø  Pengalaman riset. Salah satu interviewer tertarik dengan skripsi (kebanggaan) saya haha. Tidak seperti sidang skripsi kok, mereka hanya mengajukan pertanyaan simple. Judul skripsi saya “Pengaruh Terapi Menulis Puisi untuk Meningkatkan Harga Diri siswa” . pertanyaan yang diajukan, “bagaimana cara kamu mengukur harga diri? Kok bisa menulis puisi dapat meningkatkan harga diri? Gimana caranya?. Saat itu saya menjawab dengan yakin. Saya juga menyebutkan salah satu tokohnya. Ternyata interviewer lain sedikit meragukan jawaban saya. Misal “saya menggunakan instrument harga diri yang dikembangkan oleh coopersmith bu” lalu saya disanggah “lho, bukannya coopersmith itu self-concept ya bukan self-esteem?” bisa saya pastikan, ibu yang menyanggah ini adalah psikolog haha. Tapi jangan panik, kalau memang kalian benar, sampaikan saja dengan baik bahwa coopersmith pun membahas tentang self esteem. Pesan saya, JANGAN coba-coba mengatakan apa yang kalian tidak tahu pasti, hal ini akan sangat membunuh kalau kalian ketahuan bohong. Jujur saja apa adanya. Interviewer adalah seorang ahli, jadi pasti mereka banyak tahu tentang bidang keilmuan kita. Jadi jangan sok tahu kalau memang tidak tahu. Hehe.
Ø  Kepribadian. Saya diminta untuk menyebutkan 3 kelebihan dan kelemahan diri.
Ø  Saya ditanya mengenai beberapa kemungkinan kedepan seperti “Intan, bagaimana jika kamu dapat beasiswa LPDP tetapi kamu tidak lulus test di UPI?” atau “Bagaimana kalau kamu lolos test di UPI tetapi kamu tidak Lolos LPDP? Naaahh pertanyaan ini sangat menuntut konsistensi perencanaan kamu.
Ø  Saya ditanya mengenai rencana kedepan. “Apa yang akan kamu lakukan saat kamu lulus S2?” inilah pertanyaan inti sebenarnya. Intinya, “apa kontribusi kamu untuk Indonesia?” ini agak sulit. Saya mendapat pesan dari teman dan dosen saya untuk menjawab dengan pernyataan yang realistis dan aplikatif. Artinya rencana tersebut sangat mungkin dilakukan. Bukan sekedar omong kosong.
Misal : “Kalau saya lulus S2 nanti, saya akan menyelesaikan permasalahan profesi BK di lapangan, sehingga tidak ada lagi konselor atau guru BK yang tidak kompeten. Saya juga akan membuat para lulusan BK bekerja sesuai dengan profesinya. Selain itu saya akan mendirikan sebuah lab konseling agar lulusan memiliki kesempatan untuk melatih skill sebelum turun ke lapangan kerja” Jawaban ini sangat bagus, tapi tidak terlihat letak kontribusi nyatanya. Tidak terlihat cara-cara aplikatif yang akan ditempuh. Boleh saja mengatakan demikian, tapi sertakan caranya. Misal : “misal, banyak sekali konselor sekolah tidak memiliki kompetensi yang memadai untuk memberika layanan bimbingan konseling. Saya sebagai dosen akan turut aktif dalam pengabdian masyarakat salah satunya dengan memberikan pelatihan langsung kepada guru-guru BK di sekolah baik yang berasal dari kelimuan bk ataupun non bk. Saya juga akan turut aktif berperan sebagai tenaga ahli lab konseling agar fungsi lab dapat dioptimalkan. Lebih nyata kan caranya? Cobalah untuk mencari ide-ide segar lain. Tidak menjadi masalah ide tersebut sederhana, yang penting jelas dan pasti. Semakin kontribusi kalian terlihat jelas dan pasti, semakin para interviewer menetapkan bahwa kalian layak. Keputusan terbesar ada di tangan mereka lhoo..
Ø  Terakhir saya diminta untuk menjelaskan cita-cita saya dalam bahasa inggris. Hehe.
Ø  Selesai. Wawancara saya berlangsung kurang dari 30 menit. Terhitung sebentar. Tidak ada kepastian interviewer puas atau tidak dengan hasil wawancara. Semua interviewer sepertinya tidak akan menunjukkan mereka tertarik atau tidak tertarik dengan kita. Standar saja mereka memperlakukan kita. Saat kita bicara pun, mereka akan sibuk dengan catatannya masing-masing. Jarang sekali menatap mata kita. Tidak perlu beranggapan mereka tidak menyukai kita, memang seperti itu kok.
Ø  Apa saja yang harus diperhatikan?
Hmm.. penampilan. Gunakan pakaian yang formal, sopan dan nyaman. Saat saya kemarin, mayoritas pelamar menggunakan pakaian kantor. Perempuan menggunakan kemeja kerah, blazer dan rok atau celana bahan. Ada juga yang menggunakan kemeja batik. Laki-laki ada yang menggunakan jas warna gelap atau banyaknya yang menggunakan kemeja polos plus dasi. No jeans yaa..
Selanjutnya, Etika. Jangan duduk sebelum dipersilahkan, simpan tas di bawah atau di tempat yang disediakan. Jangan di atas meja pokoknya. Jangan menggerak-gerakkan kursi atau membuat gaduh dengan cara apapun. Duduk tegap dan senyum. Hati-hati ya, jangan menampakkan gesture yang berlebihan, khawatir akan membuat interviewer tidak nyaman. Oya, tidak perlu berapi-api untuk menjawab pertanyaan. Santai saja.
LGD (leaderless group discussion)
            Sesampainya di TKP, kalian akan bertemu orang-orang yang saling mencari kelompoknya. Jadi ya kalian harus turut mencari siapa teman sekelompok kalian. Nanti, oleh tim LPDP kalian sudah diberitahukan sebelumnya nomor kelompok kalian (misal: 18 B). jumlah satu kelompok sekitar 9 orang. Terdiri dari campuran program dalam negri dan luar negri baik magister ataupun doktor. LGD dilakukan selama maksimal 45 menit. Kalian akan diawasi oleh dua orang praktisi yang akan menilai kalian. Saya tidak tahu persis apa saja yang dinilai, tapi beberapa yang saya tahu penilaiannya terkait dengan luasnya wawasan terutama akan isu-isu terkini, cara kita menyampaikan gagasan, etika berdiskusi dan peran dalam kelompok. Saya diberi beberapa tips seperti Jangan mendominasi, sampaikan gagasan dengan sistematis dan jelas, jangan mengulang apa yang sudah disebutkan oleh peserta lain (buang-buang waktu), jangan terlalu lama bicara karena durasi terbatas dan peserta lain pun harus juga kebagian berbicara, jangan sibuk mencatat saat peserta lain berbicara, jika memungkinkan, kalian bisa mengambil peran sebagai moderator atau notulis.
Pengalaman saya kemarin, saya dan delapan peserta lain membahas mengenai “Meja Hijau”. Terkait dengan kondisi peradilan di Indonesia saat ini. Kekompakan kami dalam hal pembagian jatah bicara sangat membantu, jadi, tidak ada yang mendominasi kelompok dan tidak ada pula yang terlalu diam. Tidak perlu panik, situasi tegang dapat diatasi dengan berkenalan terlebih dahulu sebelum masuk ruangan, tujuannya hanya untuk membuat kalian saling merasa nyaman. Sehingga diskusi bisa berjalan lebih santai dan hidup. Sebelum hari dilaksanakan LGD, banyak-banyak membaca berita agar kalian banyak referensi pengetahuan dari perspektif ahli.

On The Spot Essay Writing
Inilah bagian yang paling tidak menegangkan. Mungkin karena tidak perlu tatap muka dengan penilainya. Kalian akan diberi dua tema yang bisa kalian pilih salah satunya untuk kalian jadikan tema essay. Waktunya hanya 30 menit. Tidak terlalu sulit jika kalian sudah terbiasa menulis essay. Tidak ada batasan jumlah kata, pokoknya kalian akan diberikan satu lembar hvs. Saya agak lupa aspek penilaiannya. Hehe. Yang pasti ada tiga hal yang dinilai, kalau tidak salah, cara mengemukakan pendapat, keterpaduan kalimat dan ejaan yang sesuai EYD. Saat test essay, temanya adalah tentang persaingan global dan penyiksaan anak.

Oke, itu dia sedikitnya yang bisa saya share ke teman-teman. Sampai tulisan ini diposting, saya belum mengetahui apakah saya berhasil menjadi salah satu penerima beasiswa karena pengumuman akan diputuskan tanggal 10 September nanti, doakan yaaa.. hehe.
Saya pun masih banyak kesalahan dan kekurangan pada persiapan. Tapi gpp, yang penting sudah berusaha.

Oya, di sana, saya sama sekali tidak menemukan mahasiswa lulusan UNJ. Saya dengar saat ini hanya 10 mahasiswa UNJ yang berhasil menjadi awardee LPDP. Saya sangat berharap teman-teman UNJ berbondong-bondong untuk mendaftarkan diri pada seleksi BPI LPDP karena para calon pendidik sudah seharusnya berpendidikan tinggi. Pendaftaran gelombang IV sudah dibuka hingga oktober nanti, bagaimana? Yuk mencoba !

Saturday, August 1, 2015

Merasa Ternodai

Sudah kurang lebih 23 tahun lahir menjadi bagian dari masyarakat Banten khususnya Kota Serang. Walaupun sudah bertahun-tahun jadi orang Banten, rupanya saya belum jadi "Masyarakat Banten" sungguhan. Sampai saat ini, saya masih merasa identitas sebagai orang banten ini ternodai dengan mereka semua. Yaaaaa ternodai dengan pertanyaan-pertanyaan teman yang membuat saya sangat ternodai. hahaha.. sepertiiiiiii "Tan, gue mau ke Baduy, lo kan orang Banten, cara kesana gimana ya?" lalu Saya menjawab "Yaahh sorry, gue aja belum pernah kesana, jadi gue gatau jalan kesana gimana", dia sontak membalas "Hah? serius lo belum pernah kesana? orang Banten macem apa lo belum pernah ke baduy? haha" dan Saya malu. Saya lebih memilih dapet IP yang kecil daripada dapat pertanyaan dan pernyataan seperti tadi.

Akhirnyaa, dimulai dari kepulangan saya dari tanah rantau, saya bertekad untuk menghapus sedikit demi sedikit noda-noda itu hehe.

Akhir bulan Juli 2015, saya berkesempatan untuk mengunjungi salah satu daya tarik wisata di Banten selatan, Pantai Tanjung Lesung namanya. Saya akan kasih sedikit reviewnya.

Pantai Tanjung Lesung dapat menjadi tujuan wisata keluarga. ditempuh dalam waktu tiga jam dari pusat kota Serang via Pandeglang. kondisi jalannya pun terbilang cukup bagus untuk dilewati. Terdapat gerbang masuk saat kita mulai memasuki kawasann wisata. Di dalamnya ada beberapa pilihan wisata, tidak hanya pantai. Kebetulan saya hanya memasuki wilayah Pantai di spot terbaik kawasan Tanjung Lesung. Harga tiket masuk sebesar 40rb saat weekend dan 25rb saat weekday.

lalu bagaimana kondisi pantainya?
menurut saya, dibandingkan pantai-pantai di kawasan Anyer, Pantai ini lebih enak dipandang. lebih rapi, teratur, bersih dan saat ini sedang ada pengembangan spot wisata di dekat pantai seperti perkampungan baduy dan wisata flora fauna. jadi beberapa waktu kedepan akan lebih banyak pilihan wisatanya.
Walaupun garis pantainya sempit, pantai ini tetap menarik wisatawan untuk berenang. selain itu ada beberapa fasilitas permainan yang dapat dicoba seperti banana boat, speedboat, snorkling, dll. sebagian besar wisatawan banyak menghabiskan waktu dengan mengambil foto terbaik mereka di jembatan panjang yang berada di sisi kiri. Menurut pengamatan saya, tidak sedikit wisatawan berasal dari luar Provinsi Banten. Bagi kalian yang berada jauh di luar Banten, jangan khawatir ya, manajemen Pantai Tanjung Lesung menyediakan area Camping Ground untuk menginap. yahuutt ga tuuh.. Camping Ground menyediakan tenda-tenda ukuran yang cukup besar (4-5 orang) yang sudah dipasang. di dalam tenda sudah dilengkapi kasur-kasur. Jaraknya sekitar 20-30 meter dari pantai. ada beberapa spot foto untuk anak-anak juga di sekitar pantai. Ada juga satu resto yang menyediakan makanan. oh ya, manajemen pantai menyarankan pengunjung untuk tidak membawa makanan dan minuman dari luar pantai. jadi, silahkan menikmati menu yang sudah disediakan di resto.
okayy, kira-kira seperti itu gambarannya. di akhir waktu saya dan teman-teman menyimpulkan bahwa pantai ini memang recommended untuk dikunjugi.

Saat ini, Pantai Tanjung Lesung sedang mengupayakan pengembangan fasilitas wisata agar tetap menjadi lokasi wisata yang mampu menarik banyak wisatawan domestik dan asing. Saya sebagai orang Banten sangat senang kalau kalian tertarik untuk berkunjung ke Tanjung Lesung. Semoga, saat sudah ramai dikunjungi, Tanjung Lesung tetap menjadi lokasi wisata yang nyaman, aman dan bersih. tidak kotor oleh tangan-tangan manusia yang tidak bertanggung jawab. Aamiin.

Saya tunggu yaa.. :)















Friday, July 17, 2015

Tidak ada yang akan pernah terjadi, ketika belum juga dimulai. begitupun dengan blog ini yang telah lama mati, perlu dimulai lagi untuk diisi agar bisa menghasilkan sesuatu.

Hari ini tepat 1 Syawal. Ramai umat Islam menyebutnya sebagai hari kemenangan, hari kembali suci, atau hari perayaan besar atas kemenangan berperang  melawan nafsu selama sebulan penuh. padahal menurut saya, menahan nafsu di sebelas bulan berikutnya adalah jauh lebih sulit. Apapun lah, semoga hari ini kita benar-benar merayakan kemenangan. Kemenangan karena kita mampu meyakini bahwa diri ini bisa lebih baik lagi. Kemenangan karena kita mampu lebih menyadari iman tidak lahir dengan sendirinya.

Klasik sekali untuk mengatakan "Tidak pernah ada kata terlambat untuk mengubah diri" tapi, itulah adanya.

Selamat Lebaran :)