Hai,
Apa kabar? Semoga senantiasa bahagia.
Pengalaman
yang cuma dipendam sendiri, rasanya kurang bermanfaat. Hehe. Iya kan? Iya
dong.. hehe..
Kali
ini, saya akan sedikit berbagi cerita saat saya memutuskan untuk mengikuti
seleksi beasiswa BPI LPDP 2015 gelombang III. Saya akan tuliskan apa yang saya
alami berikut kesalahan-kesalahan yang saya buat. Semoga tidak pernah terulang
saat kalian mencoba nanti.
“Persiapan
berkas dan submit pendaftaran”
Teman-teman
bisa melihat persyaratan lengkap di web resmi LPDP. Tidak perlu khawatir sulit
mencari informasi, LPDP itu well-organized banget. Selama saya mengikuti
prosesnya, tidak ada informasi yang simpang siur mengenai persyaratan dan
segala prosesnya. Yang ada, pelamar yang tidak teliti menganalisa informasi. LPDP
menyediakan Buku Panduan untuk pelamar. Jadi, BACA dengan TELITI. JANGAN
mengandalkan informasi dari orang lain. Kenapa? Karena saya sudah merasakan
sendiri akibatnya terlalu bergantung pada informasi dari teman. Hehe.
Begini
ceritanya, saat hendak mendaftar, saya memang download “Buku Panduan” dari Web
resmi LPDP. Tetapi, tidak saya baca dengan terperinci karena saya sudah merasa
cukup dan paham dengan melihat contoh berkas milik teman saya yang sudah jadi
salah satu penerima beasiswanya. Pikir saya, “pasti semuanya sudah benar, toh
dia sudah diterima”. Saat itu saya disarankan juga untuk tidak submit di batas
akhir pendaftaran karena khawatir ada trouble saat mendaftar.
Kelengkapan
pendaftaran pun saya siapkan sesuai dengan berkas-berkas yang teman saya submit
saat itu. Berkasnya antara lain, Ijazah, Transkrip nilai, KTP, Surat
Rekomendasi, Surat Pernyataan, Sertifikat TOEFL, Rencana Studi, dan dua buah
Essay. Saat itu saya menunda menulis rencana studi dan essay, hingga sampailah
saya pada H-1 batas submit. Besoknya hari terakhir submit, malamnya saya baru
submit. Daannnn, di sinilah letak kelalaian membahana saya berbuah pahit. Saya
gagal submit karena ada berkas yang kurang. Padahal (menurut) saya semua data
sudah diupload. Ada dua data yang kurang, yaitu Surat Izin Atasan dan Surat
Keterangan Sehat dan Bebas Narkoba (dari RS milik pemerintah). Saya kebingungan
dan segera mengirimkan masalah ini via email ke LPDP. Setahu saya, saya tidak
perlu mencantumkan dua berkas itu sebab Saya tidak sedang terikat kontrak kerja
sehingga tidak harus ada surat izin atasan dan tidak melamar untuk program
Magister Luar Negeri sehingga tidak juga perlu melengkapi surat sehat dan bebas
Narkoba. Besok paginya, saya mendapat email balasan yang baru saya baca di atas
jam 12 siang. isinya email menyatakan saya hanya perlu upload surat keterangan
sehat dan bebas narkoba. Saya panik sekaligus bingung karena saya yakin saya
tidak perlu melampirkan itu karna program yang saya ambil masih dalam negeri.
Akhirnyaaa, saya buru-buru melihat buku panduan yang pernah saya download itu.
Ternyata, persyaratan pendaftaran berubah. TIDAK SAMA dengan gelombang II. Saya
LEMAS. Hopeless tidak bisa daftar. Walaupun saat itu saya bergegas berangkat ke
RS terdekat, saya tetap tidak bisa mendapatkan Surat tersebut. Jelas sekali
tidak bisa karena hari itu hari Jum’at dimana petugas MCU RS sudah pulang dari
jam 11 siang dan saya datang jam setengah 2 siang. Saya kecewa dengan diri saya
yang lalai mempersiapkan hal besar seperti ini. Itu artinya, jika tidak
mendaftar, saya harus menunda hingga oktober mendatang dan akhirnya pengajuan
waktu kuliah pun mundur ke enam bulan kemudian. Sangat di luar dari target. Hal
kecil yang berdampak besar.
Saat
itu saya masih berusaha untuk mencari jalan keluarnya. Saya berdiskusi dengan
teman dan sepakat untuk terus berusaha mencari data pengganti. Pikir kami, yang
penting sudah mencoba. Saya memutuskan untuk tetap submit dengan mengganti
Surat keterangan bebas narkoba dengan SKCK yang didalamnya pun tertera saya tidak
pernah terlibat Narkoba. Singkat cerita, saya berhasil submit dan nomor
registrasi pendaftaran pun sudah di tangan. Alhamdulillah. Saya sedikit lega.
Selanjutnya, saya tidak berharap saya akan lolos kecuali karena pertolongan
Allah dan do’a kedua orangtua saya yang tidak pernah putus.
Saya
memang tidak banyak berharap karena saya sudah melakukan kesalahan yang
harusnya tidak pernah ada. Sampai di suatu malam tanggal 6 Agustus 2015, saya
menerima SMS dari LPDP yang menyatakan saya LULUS seleksi administrasi. Saya
tidak langsung percaya, saya pun membuka inbox email yang sudah terlihat
terdapat email dari LPDP. Ternyata benar, saya berhasil menjadi salah satu yang
LULUS dan menjadi peserta wawancara. Subhanallah, Allah benar-benar masih
memberi saya kesempatan untuk berjuang lebih baik lagi. Tahap selanjutnya
adalah Verifikasi data, Wawancara, LGD dan on the spot essay writing yang
dilaksanakan di kampus STAN. Saat lulus berkas, kalian akan mendapat
undangan untuk mengikuti tahapan test
berikutnya. Kalian akan diberikan jadwal test, lokasi, kelompok test dan
petunjuk-petunjuk lainnya. Kemarin, saya mendapat jadwal dua hari test. Hari
pertama adalah verifikasi data dan wawancara. Hari kedua adalah LGD dan On The
Spot Essay Writing. Saya jelaskan masing-masing prosesnya.
“Tahap
Verifikasi Data”
Semua
berkas yang diupload akan diminta DATA ASLI untuk dilakukan pengecekan.
Terdapat satu berkas yang tidak berhasil ditunjukkan aslinya, maka dinyatakan
GAGAL. Itu artinya, kalian tidak diizinkan mengikuti tahapan test berikutnya
dan kalian harus pulang. Sedih kan? Untuk itu, JANGAN coba-coba MEMALSUKAN DATA
apapun ! LPDP sudah menyediakan lembar kontrol untuk kalian jadikan panduan
untuk recheck data yang akan kalian tunjukkan. Saya sedikit gugup mempersiapkan
berkas asli, ini karena saya pernah lalai saat mempersiapkan berkas untuk
diupload. Saya pun teringat untuk memastikan semua format sudah sesuai dengan
ketetapan pihak LPDP. Dan ternyata, kesalahan saya di awal berbuah pahit lagi.
Format surat pernyataan dan surat rekomendasi mengalami perubahan. Akhirnya
saya harus bekerja dua kali untuk membuat ulang surat tersebut. Artinya, saya
harus membuat janji untuk bertemu Dosen (lagi) yang memberikan rekomendasinya
untuk saya. Buang waktu dan buang energi lebih. Singkat saja, semua berkas
telah siap dan saat verifikasi saya sukses dinyatakan lulus verifikasi dan
dapat mengikuti tahap test selanjutnya. Legaaaaa…….
“Tahap
Wawancara”
Saya
akui, inilah kali pertama saya tegang (banget) bahkan saat saya sudah duduk di
depan para interviewer. Mereka adalah tiga orang dewasa. Dua dari mereka adalah
Dosen ahli dan satu orang lagi adalah psikolog. Tetapi ada juga yang bilang 1
dosen ahli, 1 berasal dari pihak LPDP, dan 1 psikolog. Saat wawancara, mereka
hanya mengenalkan nama mereka tanpa menyebutkan profesinya. Coba disimak ya,
akan coba saya jelaskan.
·
Apa saja persiapan yang dilakukan sebelum
wawancara?
Utamanya adalah MENTAL.
Kemudian persiapan materi wawancara. Persiapan ini dimulai dari mempelajari
rencana studi dan essay yang kamu upload saat daftar. Intinya, kalian harus
benar-benar siap sama tujuan dan misi kalian kedepan. Saya pernah baca dari
blog teman-teman yang sudah menjadi awardee LPDP, katanya “Organisatoris dan
banyak prestasi bukan jaminan utama akan diterima, yang terpenting adalah kita
mampu menunjukkan bahwa kita memiliki TUJUAN dan PERENCANAAN yang JELAS”. Saya
setuju, saat wawancara, interviewer benar-benar memastikan kesungguhan kita
dalam mempersiapkan studi lanjutan kita. Setelah persiapan materi, kalian dapat
latihan wawancara dengan teman atau siapapun untuk melihat sejauh apa kejelasan
kalian menjawab pertanyaan. Bisa jadi masih terlalu banyak celah bagi
interviewer untuk melemahkan kalian saat wawancara. INGAT, berlatihlah untuk
menjawab dengan lugas, tegas, tepat dan konsisten. Interviewer bisa dengan
mudah membuat kalian terombang-ambing dengan jawaban kalian sendiri. Hehe.
Kalau sudah berlatih, kalian juga dapat blogwalking untuk baca-baca pengalaman
orang lain yang berhasil ataupun gagal dalam seleksi wawancara. Jadi kalian
punya beberapa referensi yang memadai. oya, wawancara dilakukan dalam dua
bahasa. Indonesia dan inggris, tergantung permintaan interviewer. Jadi, semua
jawaban yang sudah disiapkan, sebaiknya ditranslate ke dalam bahasa inggris.
·
Apakah ada hal yang membuat saya merasa down
dan takut untuk wawancara?
ADA. Haha. Saya gambarkan
kondisinya ya. Kalian akan bersaing dengan ribuan pelamar dengan berbagai macam
program tujuan. Ada magister dalam negri, magister luar negri, doktor dalam
negri, doktor luar negri, program spesialis, program tesis dan disertasi.
Semuanya nyampur jadi satu. Peserta gelombang III ini didominasi oleh pelamar
Luar Negri. Jadi, kemarin saya sempat merasa down melihat kanan-kiri saya
adalah mahasiswa-mahasiswi atau pekerja yang “terlihat” sangat siap, pintar,
pandai berkomunikasi dan well appearance. Dari semua yang saya ajak berkenalan,
mereka semua pelamar LN yang memang sudah memiliki LoA. Keren abis! Di saat itu
pula, saya minder, saya merasa sangat “kecil”. Ini membuat saya down dan
semakin sulit mengendalikan kecemasan.
TAPI, ingat teman-teman. Ini
bukan tentang bagaimana kerennya pesaing kita. Karena, LPDP tidak menggunakan
sistem kuota. Jadi, jika kalian layak, kalian akan diberi beasiswa. Intinya,
semua sangat ditentukkan oleh kapasitas diri dan keyakinan kita. Itulah yang
akhirnya membuat saya tetap yakin mampu melewati proses wawancara. Semua
bergantung kita, bukan mereka yang keren-keren itu. Hehe.
·
Apa saja yang ditanyakan saat wawancara?
Jenis dan arah pertanyaan
sangat beragam, masing-masing pelamar pasti punya ceritanya masing-masing. Saat
wawancara kemarin, beberapa pertanyaan yang diajukan seperti,
Ø Latar
belakang keluarga. Anak ke berapa, pendidikan terakhir dan pekerjaan ortu,
jumlah anggota keluarga dan riwayat pendidikan dan pekerjaan kakak-kakak saya.
Ø Riwayat
organisasi. Saya pernah menjabat sebagai ketua umum di salah satu organisasi
kampus. Saya ditanya mengenai ‘apa saja yang sudah dilakukan saat saya
berorganisasi’
Ø Pengalaman
bekerja sebagai guru. Saya ditanya mengenai peran saya sebagai guru BK. Saya
ditanya seputar apa saja kasus yang biasa terjadi dan bagaimana cara mengukur
keberhasilan saya melayani siswa yang memiliki masalah. Saya juga ditanya
mengapa saya tertarik untuk mendalami bidang Bimbingan dan Konseling dan apakah
ada pengalaman yang mendasari pilihan saya tersebut sehingga saya menempuh
studi bidang BK.
Ø Persiapan
studi seperti “Mengapa harus S2 BK? Mengapa harus di UPI Bandung? Mengapa tidak
keluar negri? Saya juga sempat ditanya mengenai lama studi S1. Katanya ‘kok
lama sekali kamu menghabiskan waktu 4.5 tahun untuk lulus?’ yaaaahhh kalian
(anak BK UNJ 2010) tau banget lah yaa kenapaaa haha.
Ø Pengalaman
riset. Salah satu interviewer tertarik dengan skripsi (kebanggaan) saya haha.
Tidak seperti sidang skripsi kok, mereka hanya mengajukan pertanyaan simple.
Judul skripsi saya “Pengaruh Terapi Menulis Puisi untuk Meningkatkan Harga Diri
siswa” . pertanyaan yang diajukan, “bagaimana cara kamu mengukur harga diri?
Kok bisa menulis puisi dapat meningkatkan harga diri? Gimana caranya?. Saat itu
saya menjawab dengan yakin. Saya juga menyebutkan salah satu tokohnya. Ternyata
interviewer lain sedikit meragukan jawaban saya. Misal “saya menggunakan
instrument harga diri yang dikembangkan oleh coopersmith bu” lalu saya
disanggah “lho, bukannya coopersmith itu self-concept ya bukan self-esteem?”
bisa saya pastikan, ibu yang menyanggah ini adalah psikolog haha. Tapi jangan
panik, kalau memang kalian benar, sampaikan saja dengan baik bahwa coopersmith
pun membahas tentang self esteem. Pesan saya, JANGAN coba-coba mengatakan apa
yang kalian tidak tahu pasti, hal ini akan sangat membunuh kalau kalian
ketahuan bohong. Jujur saja apa adanya. Interviewer adalah seorang ahli, jadi
pasti mereka banyak tahu tentang bidang keilmuan kita. Jadi jangan sok tahu
kalau memang tidak tahu. Hehe.
Ø Kepribadian.
Saya diminta untuk menyebutkan 3 kelebihan dan kelemahan diri.
Ø Saya
ditanya mengenai beberapa kemungkinan kedepan seperti “Intan, bagaimana jika
kamu dapat beasiswa LPDP tetapi kamu tidak lulus test di UPI?” atau “Bagaimana
kalau kamu lolos test di UPI tetapi kamu tidak Lolos LPDP? Naaahh pertanyaan
ini sangat menuntut konsistensi perencanaan kamu.
Ø Saya
ditanya mengenai rencana kedepan. “Apa yang akan kamu lakukan saat kamu lulus
S2?” inilah pertanyaan inti sebenarnya. Intinya, “apa kontribusi kamu untuk Indonesia?”
ini agak sulit. Saya mendapat pesan dari teman dan dosen saya untuk menjawab
dengan pernyataan yang realistis dan aplikatif. Artinya rencana tersebut sangat
mungkin dilakukan. Bukan sekedar omong kosong.
Misal : “Kalau saya lulus S2 nanti, saya akan menyelesaikan permasalahan
profesi BK di lapangan, sehingga tidak ada lagi konselor atau guru BK yang
tidak kompeten. Saya juga akan membuat para lulusan BK bekerja sesuai dengan
profesinya. Selain itu saya akan mendirikan sebuah lab konseling agar lulusan
memiliki kesempatan untuk melatih skill sebelum turun ke lapangan kerja”
Jawaban ini sangat bagus, tapi tidak terlihat letak kontribusi nyatanya. Tidak
terlihat cara-cara aplikatif yang akan ditempuh. Boleh saja mengatakan
demikian, tapi sertakan caranya. Misal : “misal, banyak sekali konselor sekolah
tidak memiliki kompetensi yang memadai untuk memberika layanan bimbingan
konseling. Saya sebagai dosen akan turut aktif dalam pengabdian masyarakat
salah satunya dengan memberikan
pelatihan langsung kepada guru-guru BK di sekolah baik yang berasal dari
kelimuan bk ataupun non bk. Saya juga akan turut aktif berperan sebagai tenaga
ahli lab konseling agar fungsi lab dapat dioptimalkan. Lebih nyata kan
caranya? Cobalah untuk mencari ide-ide segar lain. Tidak menjadi masalah ide
tersebut sederhana, yang penting jelas dan pasti. Semakin kontribusi kalian
terlihat jelas dan pasti, semakin para interviewer menetapkan bahwa kalian
layak. Keputusan terbesar ada di tangan mereka lhoo..
Ø Terakhir
saya diminta untuk menjelaskan cita-cita saya dalam bahasa inggris. Hehe.
Ø Selesai.
Wawancara saya berlangsung kurang dari 30 menit. Terhitung sebentar. Tidak ada
kepastian interviewer puas atau tidak dengan hasil wawancara. Semua interviewer
sepertinya tidak akan menunjukkan mereka tertarik atau tidak tertarik dengan
kita. Standar saja mereka memperlakukan kita. Saat kita bicara pun, mereka akan
sibuk dengan catatannya masing-masing. Jarang sekali menatap mata kita. Tidak
perlu beranggapan mereka tidak menyukai kita, memang seperti itu kok.
Ø Apa
saja yang harus diperhatikan?
Hmm.. penampilan. Gunakan
pakaian yang formal, sopan dan nyaman. Saat saya kemarin, mayoritas pelamar
menggunakan pakaian kantor. Perempuan menggunakan kemeja kerah, blazer dan rok
atau celana bahan. Ada juga yang menggunakan kemeja batik. Laki-laki ada yang menggunakan
jas warna gelap atau banyaknya yang menggunakan kemeja polos plus dasi. No
jeans yaa..
Selanjutnya, Etika. Jangan duduk sebelum
dipersilahkan, simpan tas di bawah atau di tempat yang disediakan. Jangan di
atas meja pokoknya. Jangan menggerak-gerakkan kursi atau membuat gaduh dengan
cara apapun. Duduk tegap dan senyum. Hati-hati ya, jangan menampakkan gesture
yang berlebihan, khawatir akan membuat interviewer tidak nyaman. Oya, tidak
perlu berapi-api untuk menjawab pertanyaan. Santai saja.
LGD (leaderless
group discussion)
Sesampainya di TKP, kalian akan
bertemu orang-orang yang saling mencari kelompoknya. Jadi ya kalian harus turut
mencari siapa teman sekelompok kalian. Nanti, oleh tim LPDP kalian sudah
diberitahukan sebelumnya nomor kelompok kalian (misal: 18 B). jumlah satu
kelompok sekitar 9 orang. Terdiri dari campuran program dalam negri dan luar
negri baik magister ataupun doktor. LGD dilakukan selama maksimal 45 menit.
Kalian akan diawasi oleh dua orang praktisi yang akan menilai kalian. Saya
tidak tahu persis apa saja yang dinilai, tapi beberapa yang saya tahu
penilaiannya terkait dengan luasnya wawasan terutama akan isu-isu terkini, cara
kita menyampaikan gagasan, etika berdiskusi dan peran dalam kelompok. Saya
diberi beberapa tips seperti Jangan mendominasi, sampaikan gagasan dengan
sistematis dan jelas, jangan mengulang apa yang sudah disebutkan oleh peserta
lain (buang-buang waktu), jangan terlalu lama bicara karena durasi terbatas dan
peserta lain pun harus juga kebagian berbicara, jangan sibuk mencatat saat
peserta lain berbicara, jika memungkinkan, kalian bisa mengambil peran sebagai
moderator atau notulis.
Pengalaman
saya kemarin, saya dan delapan peserta lain membahas mengenai “Meja Hijau”.
Terkait dengan kondisi peradilan di Indonesia saat ini. Kekompakan kami dalam
hal pembagian jatah bicara sangat membantu, jadi, tidak ada yang mendominasi
kelompok dan tidak ada pula yang terlalu diam. Tidak perlu panik, situasi
tegang dapat diatasi dengan berkenalan terlebih dahulu sebelum masuk ruangan,
tujuannya hanya untuk membuat kalian saling merasa nyaman. Sehingga diskusi
bisa berjalan lebih santai dan hidup. Sebelum hari dilaksanakan LGD,
banyak-banyak membaca berita agar kalian banyak referensi pengetahuan dari
perspektif ahli.
On
The Spot Essay Writing
Inilah
bagian yang paling tidak menegangkan. Mungkin karena tidak perlu tatap muka
dengan penilainya. Kalian akan diberi dua tema yang bisa kalian pilih salah
satunya untuk kalian jadikan tema essay. Waktunya hanya 30 menit. Tidak terlalu
sulit jika kalian sudah terbiasa menulis essay. Tidak ada batasan jumlah kata,
pokoknya kalian akan diberikan satu lembar hvs. Saya agak lupa aspek
penilaiannya. Hehe. Yang pasti ada tiga hal yang dinilai, kalau tidak salah,
cara mengemukakan pendapat, keterpaduan kalimat dan ejaan yang sesuai EYD. Saat
test essay, temanya adalah tentang persaingan global dan penyiksaan anak.
Oke,
itu dia sedikitnya yang bisa saya share ke teman-teman. Sampai tulisan ini
diposting, saya belum mengetahui apakah saya berhasil menjadi salah satu
penerima beasiswa karena pengumuman akan diputuskan tanggal 10 September nanti,
doakan yaaa.. hehe.
Saya
pun masih banyak kesalahan dan kekurangan pada persiapan. Tapi gpp, yang
penting sudah berusaha.
Oya,
di sana, saya sama sekali tidak menemukan mahasiswa lulusan UNJ. Saya dengar
saat ini hanya 10 mahasiswa UNJ yang berhasil menjadi awardee LPDP. Saya sangat
berharap teman-teman UNJ berbondong-bondong untuk mendaftarkan diri pada
seleksi BPI LPDP karena para calon pendidik sudah seharusnya berpendidikan
tinggi. Pendaftaran gelombang IV sudah dibuka hingga oktober nanti, bagaimana?
Yuk mencoba !
Mba perkenalkan nama saya Bob. saya berencana daftar LPDP Oktober ini. Yang mau saya tanyakan, kan kita harus bawa berkas asli pada saat hari H. Nah, apakah ijazah yang dibawa itu dari SD-S1?
ReplyDeleteTerima Kasih.
mohon maaf Bob, saya baru saja kembali membuka blog karena sebetulnya baru hanya aktif di FB. bagaimana? sudah tembus kah?
ReplyDeleteasalamualaikum Mbak. Saya tertarik dgn bagian verifikasi berkas pada tulisan diatas. disana Mbak bilang akirnya Mbak menemui dosen ulang utk membuat surat rekomendasi baru dikarenakan format surat tsb sdh berubah. Saya baru menyadari hal tsb sama dengan yg saya alami skrg, sementra saya sudah dinyatakan lulus seleksi berkas. Yang ingin saya tanyakan:
ReplyDelete1. Apakah ketika verifikasi berkas, Mbak menunjukkan surat rekom dalam format awal yang blm diganti atau dlm format baru yg sudah diganti?
terimakasih atas jawabannya Mbak
Waalaikumsalam mbak Annisa, saat itu saya membawa format terbaru jikalau memang harus diganti. kenyataannya, saya kemarin masih diperbolehkan untuk tetap menggunakan berkas dengan format lama.
ReplyDeleteAssalamualaikum.. mb saya endah mau tanya, berarrti mbk hrs lolos beasiswa lpdp dlu bru ikut seleksi pasca upi, bgitu?
ReplyDeleteApa sebaliknya, hrs lolos seleksi upi br undaftar online ke lpdp?
Assalamualaikum.. mb saya endah mau tanya, berarrti mbk hrs lolos beasiswa lpdp dlu bru ikut seleksi pasca upi, bgitu?
ReplyDeleteApa sebaliknya, hrs lolos seleksi upi br undaftar online ke lpdp?